Surat Cinta untuk Ibu


Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ibuku tersayang yang dimuliakan Allah,
Pasti Ibu tidak pernah menyangka kalau putri Ibu yang sangat beruntung karena terlahir dari rahim Ibu ini menulis surat untuk Ibu. Putri Ibu ini sangat pemalu hingga tak pernah sekali pun mengungkapkan betapa sayangnya Putri pada Ibu.
Ibuku yang dirahmati Allah,
Ketika jemari ini menuangkan ungkapan hati dalam surat cinta yang baru pertama kali Putri tulis ini, terbayang dalam benak Putri akan wajah Ibu yang penuh kasih tanpa batas. Meskipun raga Putri terpisah jauh dari Ibu, selalu terasa Ibu berada disini dekat dengan hati. Rindu senantiasa tertata apik dan mengalir untuk Ibu. Pesan-pesan Ibu yang super pun telah terpatri dalam memori. Jika Ibu khawatir Putri akan lupa pada Ibu, maka tak perlulah kekhawatiran itu membuat Ibu risau. Putri Ibu tak akan pernah lupa pada sosok wanita super yang telah mengorbankan segalanya untuk Putri yang seringkali khilaf ini
Ibuku yang dikasihi Allah,
Terlintas dalam benak Putri kala Putri masih kanak-kanak dulu. Putri, anak pertama yang sering Ibu dan Bapak bangga-banggakan yang begitu manja dan selalu merengek-rengek minta dibelikan sesuatu yang aneh. Hihi… Putri ingat, dulu Putri pernah meminta dibelikan sikat gigi Kodomo yang bisa bergerak-gerak sendiri seperti di iklan. Ibu dan Bapak kelimpungan mencarinya. Bingung mau mencari dimana karena kenyataannya memang tidak ada sikat gigi seperti itu. :D
Ibuku yang lembut hatinya,
Ketika Putri duduk di bangku Taman Kanak-kanak, Ibu dengan penuh kesabaran menunggu di depan kelas tanpa mengeluh sedikit pun. Tak heran jika kemuliaanmu tiga kali lipat lebih utama dari ayah. Ketika orang-orang meremehkan Putri, Ibu pun seolah berkata, “Putri tetaplah kebanggaan Ibu.”. Dan ingatkah Ibu ketika Putri duduk di kelas satu SD? Ibu begitu sabar mengajari Putri berhitung dan menjawab soal-soal yang bagi Putri adalah kumpulan benang kusut yang susah diuraikan. Ketika orang lain tidak percaya Putri bisa, Ibu pun percaya dan yakin Putri bisa. Ketika raport Putri berada di tangan Ibu, dan Ibu berharap tersusun rapi angka-angka kebanggaan di dalamnya dan tercetak jelas keterangan ‘LULUS’, tapi Ibu tidak mendapatinya di dalam raport, Ibu tak sedikit pun menampakkan kekecewaan. Ibu hanya tersenyum seakan berkata, “Tidak apa. Gagal itu biasa. Berapa pun nilai yang Putri peroleh, adalah angka kebanggaan buat Ibu. Ini adalah awal keberhasilanmu, nak.”. Ibu tak pernah membebani Putri dengan ambisi orang tua yang biasa dilimpahkan ke anaknya. Ibu memperlakukan Putri sebagai subjek, bukan objek. Ibu memberi Putri kebebasan untuk menentukan pilihan.
Oh Ibu yang selalu Putri banggakan,
Betapa pun lelahnya engkau, betapa pun sedihnya engkau, betapa pun sakitnya engkau, Engkau selalu tegar dan tak permah mengeluh di hadapan Putri Ibu, yang bahkan sering mengeluhkan hal-hal sepele yang tak sepatutnya dikeluhkan. Pagi-pagi sekali ibu bangun untuk menanak nasi dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya, sementara Putri masih bergulat dengan rasa kantuk. Disaat wanita-wanita lain sibuk bersolek mempercantik diri, Ibu justru sibuk membanting tulang menggantikan bapak mencari sekarung beras untuk dimakan. Ketika tidak semua ibu bisa dengan sabar menunggui dan mengajari anaknya belajar, tidak demikian dengan Ibu. Ibu menunggui Putri dan adik-adik sambil ikut membaca dengan sabar dan semangat ingin tahu karena Ibu tak pernah mendapatkan pelajaran tersebut sebelumnya. Ibu memberikan harapan pada Putri dan adik-adik untuk tetap bisa melanjutkan sekolah.
Ibuku yang besar hatinya,
Tak bisa Putri bayangkan jika Putri memiliki ibu yang selalu menuntut balas budi dari anaknya. Sebab, Putri tak mampu dan tak akan pernah mampu membalas semua yang sudah Ibu berikan untuk Putri. Cinta kasih, perlindungan, pengorbanan, kebahagiaan, kepercayaan, dan semua bentuk kasih sayang Ibu yang sekali pun Putri menjadi orang terkaya di dunia, masih belum cukup untuk membalasnya.
Ibu ingat ketika Putri lulus dari SMK dan menjadi pengangguran sementara di rumah? Sungguh, Putri bingung dan tak tahu harus bagaimana. Putri marah pada diri sendiri karena tidak bisa menjadi anak yang bisa Ibu banggakan. Ibu memeras keringat, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, agar Putri bisa melanjutkan sekolah, tapi kenyataannya Putri tetap jadi pengangguran. Putri merasa putus asa. Surat lamaran telah Putri layangkan ke beberapa perusahaan, tapi belum juga ada panggilan. Putri merasa jadi anak yang tak berguna. Putri tidak bisa membantu ekonomi keluarga. Putri tidak bisa membantu Ibu menyekolahkan adik-adik. Ketika Putri sudah mendapatkan pekerjaan, Putri malah berhenti karena merasa tidah betah. Dan lagi-lagi Ibu tidak marah ataupun menyesal. Ibu hanya berkata, “Kamu kan tidak punya kewajiban untuk bekerja. Kamu tidak punya suami dan anak yang harus kamu beri makan.” Seketika hati Putri pun menangis haru. Betapa tulus kasihmu, Ibu.
Ibu, motivator terhebatku,
Ibu selalu memberikan Putri dukungan dan harapan. Disaat orang-orang menganggap usaha Putri mustahil untuk terwujud, Ibu tetap percaya dan terus berdo’a pada Allah. Biarlah orang tidak percaya. Asalkan Ibu percaya, itu sudah cukup buat Putri. Ridlo Ibu adalah sumber kekuatan Putri untuk terus melangkah maju. Sampai pada akhirnya, Allah pun mengabulkan do’a Ibu. Putri mendapatkan pekerjaan. Betapa senangnya Putri waktu itu, meski hanya bekerja sebagai pendamping terapis ABK dengan gaji yang jauh di bawah UMR Jepara. Ibu pun tidak protes dengan itu. Ibu menerima dan mensyukuri apa pun yang Putri peroleh.
Kesabaran, kesederhanaan, dan kerja keras yang senantiasa Ibu ajarkan pun berbuah manis pada akhirnya. Putri berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu PTN. Subhanallah wal hamdulillah, tak mampu Putri bendung lagi guncangan kebahagiaan di hati Putri. Segera Putri kabarkan kebahagiaan ini pada Ibu. Dan… guncangan kebahagiaan itu pun semakin hebat kala melihat binar-binar bahagia di wajah penuh kasihmu, Ibu. Anak Ibu yang mungkin menurut orang mustahil bisa kuliah karena keterbatasan biaya, pada akhirnya bisa mengenyam bangku kuliah. :’)
Ibu benar. Meskipun kita tidak punya apa-apa, kita punya Allah Yang Maha Kaya dan Maha Memberi. Harapan akan selalu ada jika kita percaya. Allah akan selalu membantu kita, sebagaimana telah dijanjikan-Nya dalam kalam-Nya yang sempurna.
Dan yang terakhir… ah tidak. Mungkin ini bukan yang terakhir, tapi merupakan sebuah permulaan. Putri ingin menyampaikan perasaan Putri yang selama ini tersimpan jauh di dalam palung hati. Putri ingin bilang kalau Putri sangaaaat menyayangi Ibu. Putri sayang Ibu dan akan selalu menyayangi Ibu.
Ibu, kasihmu akan selalu kukenang
Ibu, rinduku padamu akan selalu kurajut
Ibu, kan kubingkai rasa yang kau beri dalam hati
Ibu, semoga Allah senantiasa menyatukan hati kita, dan akan mempertemukan kita kelak di akhirat karena Putri mencintai Ibu. Dan bukankah Allah akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang kita cintai di akhirat nanti? ^_^
Masih banyak yang ingin Putri sampaikan dalam surat cinta ini. Namun, seberapa banyak pun yang Putri sampaikan tak akan pernah cukup untuk mengungkapkan semua rasa di hati karena rasa yang Ibu beri tak terbatas, dan berlaku sepanjang masa.
Maafkan semua kesalahan yang telah Putri buat, Ibu. Maafkan Putri yang sering membuat Ibu marah. Maafkan Putri yang sering membantah. Maafkan Putri yang terlalu sombong dan menganggap Putri lebih pintar dari Ibu. Maafkan Putri yang sering tak menghargai kerja keras Ibu untuk mengembangkan senyuman di bibir Putri. Maafkan Putri yang sering menuntut lebih dari Ibu. Maafkan Putri atas segudang khilaf dan luka yang Putri torehkan di hati Ibu. Putri akan selalu berusaha yang terbaik untuk menjadi kebanggaan Ibu.
I Love You, Mom… 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Fans berat Ibu,
Putri


NB : Putri selalu ingat kecupan sayang Ibu di hari yang fitri beberapa tahun lalu. :-*

CONVERSATION

3 komentar:

  1. Assalammu'alaikum
    Salam kenal.blognya bagus. lucuu ada hamsternya. Tadi saya kasih makan banyak2. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. 'Alaikumsalam,
      salam kenal juga :D
      mksih ya! sering-sering main bantu kasih makan... ;)

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Back
to top