Ujian, Siapa Takut?

Hari-hari menjelang UTS, hampir semua mahasiswa Psikologi Undip sibuk mengumpulkan materi. Grup angkatan yang dibuat di facebook mulai diramaikan oleh postingan-postingan kormat mata kuliah dan teman-teman yang bereriak-teriak meminta kormat memosting materi. Wuih, heboh sekali. Grup yang biasanya mungkin hanya diintip satu dua orang, pada masa UTS ini seakan dibanjiri pegunjung.

Antar mahasiswa saling bertukar informasi dan bahu membahu menghadapi UTS. Ketika ada kisi-kisi, dipostinglah di grup. Jika ada kisi-kisi yang salah atau meleset, maka si pemosting kisi-kisi itu harus siap menjadi target amukan massa. Hmmm…tragis sekali jika demikian. Si pemosting sudah ikhlas mendatangi dosen untuk mendapatkan kisi-kisi (sebenarnya kebutuhan si pemosting juga sih) untuk kemudian di-sharekepada teman-teman lainnya, tapi malah menjadi target yang disalahkan ketika terjadi kesalahan teknis ataupun human error. Saya pun hanya bisa menatap si pemosting dengan tatapan ‘sabar ya!’.

Kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya agak aneh. UTS itu rasanya seperti sebuah momok yang menakutkan saja. Setiap wajah teman-teman yang saya pandang, biasanya tersurat guratan frustrasi. Seakan UTS atau ujian-ujian yang lainnya itu adalah sebuah final yang menentukan nasib mahasiswa. Saya jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya tujuan mahasiswa kuliah? Kenapa tidak ada yang terlihat menikmati atau bahkan menanti datangnya UTS ataupun UAS?


 
Jika orientasi mahasiswa itu menuntut ilmu, bukankah harusnya pengumpulan materi itu tidak menunggu datangnya UTS atau UAS? Jika orientasi mahasiswa itu menuntut ilmu, bukankah harusnya UTS atau UAS itu bisa menjadi tolak ukur mahasiswa untuk mengetahui sejauhmana mahasiswa memahami materi? Atau mungkin saja orientasi mahasiswa sekarang bukanlah menuntut ilmu, tapi NILAI.

Saya sedih ketika melihat wajah-wajah yang ditekuk usai mengerjakan soal-soal ujian. Hal tersebut sedikit memengaruhi saya karena saya jadi ikut merasakan suasana suram yang dialirkannya. Saya juga kecewa ketika ada soal yang belum bisa saya kerjakan, tapi saya jadi tahu kalau ternyata saya belum cukup memahami materi itu.

Saya ingin sekali bisa menikmati UTS ataupun UAS bersama teman-teman sehingga bisa tercipta suasana yang menyenangkan, tidak menekan.

Jadi,

UJIAN, SIAPA TAKUT?

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top